Makanan onde-onde dikenal hampir seluruh masyarakat Indonesia sebagai salah satu kue tradisional yang cukup favorit.  Kue berbentuk bulat dengan butir-butir biji wijen yang melekat ini terbuat dari tepung ketan dan terigu.  Isiannya adalah kacang hijau yang dihaluskan dan dimasak dengan santan dan gula hingga mengental.  Jajanan ini dapat dengan mudah kita jumpai di pasar traditional, toko kue, dan bahkan dijajakan di jalan-jalan.  Rasanya yang kenyal dan nikmat membuat jajanan ini begitu disukai oleh berbagai kalangan usia. Tidak hanya anak-anak, bahkan yang berusia lanjutpun dapat menikmatinya karena teksturnya yang lunak sedikit kenyal.  Tapi benarkah menu ini berasal dari Indonesia, atau tepatnya Mojokerto?

Menjadikan penasaran mendorong saya untuk menyelidiki lebih jauh tentang asal-usul kue bertabur wijen ini. Setelah berselancar di dunia maya, ternyata tidak terlalu banyak informasi yang saya dapatkan berkaitan sejarahnya.  Lewat apa yang saya baca, ternyata onde-onde pertama kali dibuat di masa kekuasaan Dinasti Zhou, yaitu sekitar 1045 – 256 SM. 

Ternyata salah dong tebakan kita selama ini. Ternyata kue ini bukan kue asli Indonesia loh.  Konon kue ini dibuat untuk disajikan pada para tukang kayu dan tukang batu yang saat itu sedang membangun istana kekaisaran. Kue ini merupakan perlambang dari keselamatan dan kebersamaan. Dan uniknya Kue bertabur biji wijen ini ternyata memiliki banyak nama dan beraneka varian isi.  Pada masa kekaisaran Dinasti Tang, seorang sastrawan bernama Wang Fanzhi sempat menuliskan bahwa onde-onde merupakan salah satu makanan istimewa di Istana kekaisaran Chang’andengan sebutan ludeui.  Sementara sebagian masyarakat di Tiongkok Utara mengenalnya dengan matuan.  Di daerah lain berbeda lagi,  ada yang menyebutnya ma yuan dan ada juga yang menamakannya jen dai.Perbedaan nama ini disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang budaya.

Berjalannya waktu seiring dengan migrasi warga Tiongkok ke berbagai negeri hingga Asia Timur, penyebaran jajanan ini pun semakin luas hingga sampailah pada kerajaan Majapahit di Mojokerto (1300- 1500 M).  Kemungkinan jajanan tradisional ini dikenalkan oleh Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming.
Jajanan yang awalnya diperuntukkan bagi para pekerja bangunan ini kemudian masuk ke dapur istana menjadi salah satu menu istimewa, dan akhirnya menjadi salah satu persembahan pada setiap upacara perayaan Tahun Baru Cina. Sebagai kue persembahan, onde-onde memiliki filosofi sendiri yaitu  perlambang keberuntungan.  Bentuknya yang mengembang saat digoreng merupakan lambang harapan dari perkembangan usaha.